Sabtu, 13 Oktober 2012

DALIL MAULID NABI SAW


DALIL MAULID NABI SAW

Inti maulid Nabi Muhammad SAW yaitu membaca shalawat pada Nabi Muhammad SAW. Mata rantai bacaan shalawat berasal dari Nabi Muhammad SAW. Namun secara kategoris dari sisi teks atau kalimat, shalawat dibedakan menjadi dua:
Pertama, shalawat kategori ma’tsurah. Dalam arti redaksi atau yeks kalimat shalawat jenis ini dibuat sendiri oleh Rasul Muhammad SAW. Dari sisipembacaan, waktu, maupu keutamaan membaca shalawat it sudah disampaikan Rasul Muhammad SAW. Di antaranya bacaan shalawat pada saat tasyahhud awal atau tsyahhud akhir dalam shalat.
Kedua, shalawat kategori ghayru ma’tsurah. Shalawat ini dirumuskan dan dirangkai oleh selain Nabi Muhammad SAW. Semisal shalawat munjiat yang disusun oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilaniy, Shalawat Fatih oleh Syaikh Ahmad At-Tijaniy, Shalawat Badar, Shalawat Nariyah dan shalawat-shalawat lain. Meski demikian, penyusunan shalawat itu tetap mengacu pada al-Quar’an  dan hadist Nabi Muhammad SAW serta apa yang dilakukan sahabat Nabi ra. Pendek kata, shlawat kategori kedua ini tidak asal ditulis saja.

*      Membaca shalawat berarti membaca doa keselamatan dan salam penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Pembacaan shalawat tersebut, mengacu pada kalam Allah SWT dalam surat Al_Ahzab (33) ayat 56:
Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi SAW. Wahai orang2 yang beriman , bershalawatlah kepada Nabi (Muhammad) dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Terkait dengan surat Al-Ahzab (33) ayat 56itu, dalam kitab “Fathul Bari” karya Ibnu Hajar Al-Asqalaniy bab tafsir (VIII/392) disebutkan: shalawat Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk pujian-Nya secara lansung pada Nabi Muhammad SAW di depan para malaikat.
Sedang shalawat yang disampaikan malaikat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan doa. Sehingga shalawat umat Islam kepada Nabi SAW juga berupa doa.
Hanya saja mat Islam bisa menjadikan shalawat sebagai media tawassu, istighatsahm atau tabarruk.

*      Dalam kitab hadist Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW selalu mensyukuri hari kelahiran beliau SAW dengan berpuasa. Ini menunjukkan Nabi Muhammad SAW juga memperingati hari kelahiran beliau. Sehingga umat Islam ikut merayakan Maulid (hari lahir) Nabi Muhammad SAW.
Dari Abu Qatadah Al-Anshariy. Rasul Muhammad SAW pernah ditanya tentang puasa (di hari) Senin. Beliau menjawab: pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.
*      Hadist Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam kitab “Madarij Ash-Su’ud Syarah Al-Barazanjiy” karya Syaikh Nawawiy bin ‘Umar Al-Bantaniy (hal:15) sebagai berikut:
Rasul bersabda: siapa yang menghormati hari lahirku, tentu aku akan memberikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.
Imam Al-Hafidz Al-musnid Al-Habib Abdullah Bafaqih menegaskan, hadist yang berbunyi “ man a’dhdhama maulidy kuntu syafi’an lahu yaum al-qiyamati” seperti diriwayatkan dalam KItab Tarikh (1/60) karya Ibnu Askir (teks hadist seperti dikutip syaikh Nawawiy bin ‘Umar Al-Bantaniy) dinyatakan bersanad shahih oleh Imam Adz-Dzahaby.
*      Imam Jalalaluddin As-Suyuthiy (1445-1505 M) menjelaskan polemik perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam kitab “Al-Hawy Li Al-Fatwa” (1/251-252) sebagai berikut:
Ada pertanyaan Maulid Nabi Muhammad yang dilakukan pada bulan Rabiul Awal, bagaimana hukumnya menurut syariat Islam. Apakah terpuji atau tercelah? Dan apakah orang yang melakukan mendapat pahal atau tidak?
Menurut saya dalam setiap perayaan mauled Nabi Muhammad SAW, manusia (umat Islam) berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah=kisah teladan Nabi Muhammad SAW, sejak masa kelahiran sampai perjalanan hidup beliau.
Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya seperti itu yang dilakukan umat Islam dan tidak lebih. Semua perbuatan itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukan akan mendapatkan pahala karena mengagungkan derajat Nabi Muhammad SAW, serta menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang mulia.
*      Syaikh Ibnu Taimiyah, yang selama ini pendapatnya menjadi rujukan kaum Salafiy-Wahhabiy, berpendapat tradisa dan Amaliyah semisal Maulid Nabi Muhammad SAW bisa mendatangkan pahala bagi mereka yang ikut merayakannya.
Pendapat Ibnu Taimiyah ini dikutip Sayyid Muhammad bin ‘SAlwi Al-Maliki dalam kitab “Manhaj As-Salaf Fi Fahmi An-Nushush Baiynan-Nadhariyyah Wa At-Tathbiq” (hal: 399) sebagai berikut:
Ibnu Taimiyyah berkata: Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAW akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan sebagian orang. Ada kala bertujuan meniru kalangan Nasrani yang memeringati kelahiran Isa. Kadang pula dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan pada Nabi SAW. Allah SWT akan member pahala bagi mereka atas kecintaan kepeda Nabi SAW, bukan dosa atas bid’ah yang dilakukan.

Dengan demikian pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW tidaklah dilarang bagi umat Islam yang betul-betul mencintai dan menghormati Nabi Muhammad SAW. Nda seperti yang dikatakan oleh Kaum-kaum minoritas yang sebenarnya tidak memahami Al-Qur’an dan Sunnah-sunnah Nabi SAW secara mendalam. Sehingga mangatakan kalo Maulid Nabi Muhammad SAW itu bid’ah dan dilarang oleh Agama.
Saya mohon saran dan kritikannya atas keterbatasan keilmuan yang saya miliki, agar tulisan-tulisan erikutnya bisa lebih baik dari ini.



               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar