Islam Agama Yang Benar
Oleh: Imam Muttaqin
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ
وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ
أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ
وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ
أَبَى. (رواه البخاري).
Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang
berbahagia.
Dalam khutbah jum’ah ini, kami hendak memberikan nasehat
terutama untuk saya sendiri dan untuk jamaah semuanya.
Untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, marilah kita
selalu bertaqwa kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Selalu bersyukur
kepada Allah setiap waktu, di setiap tempat, dan di setiap keadaan, atas segala
kenikmatan dan karuniaNya yang tidak dapat kita hitung. Juga selalu menjalankan
yang disyari’atkan Allah dan yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Salam, dengan cara; semua yang diperintah-kan kita jalankan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan; sedangkan yang dilarang kita
tinggalkan, tidak kita lakukan, bahkan mendekatipun jangan.
Saudara-saudara jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Krisis yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu
sampai saat ini, bukan saja krisis moneter tapi juga krisis kepercayaan
terhadap agama Islam oleh penganutnya sendiri. Krisis kepercayaan terhadap
kebenaran Islam sebagai agama universal dan paripurna tidak dapat dipungkiri
telah melanda banyak orang yang mengaku dirinya beragama Islam. Ini terbukti
dengan gaya hidup mereka yang dilihat secara lahiriyah masih ada saja kesamaan
dengan gaya hidup orang-orang yang nonMuslim. Misalnya dalam masalah makan
minum dengan berdiri dan dengan tangan kiri kaum Muslim masih banyak yang ikut-ikutan
berbuat demikian pada acara-acara resmi, padahal makan dan minum dengan tangan
kiri atau berdiri bukan etika Islami. Sementara kalau melihat kaum wanita di
jalan-jalan, sulit dibedakan antara seorang muslimah dengan non-muslimah, sebab
rambut sama-sama terlihat, betis sama-sama terbuka, sama-sama menor dalam
bersolek bahkan sama-sama berpakaian ketat. Yang mana semuanya dilarang dalam
Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak
fahaman. Namun ketidak tahuan itu adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin
telah kehilangan kepercayaan terhadap Islam, sehingga mereka cenderung
mengabaikan ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu Islam dianggap ketinggalan
jaman.Banyak orang Islam, bahkan kalangan akademik yang beranggapan mempelajari
ilmu-ilmu Islam tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu barat, suatu
kemunduran.Tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah itu krisis
kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya seseorang diketahui sebagai seorang muslim,
apabila ia melaksanakan shalat atau ketika diajak berbicara. Hanya dalam
beberapa kalangan atau kawasan saja terdapat suatu kelompok sosial secara
lahiriah tampak sebagai muslim, sebab perempuan-perempuan mereka berjilbab
misalnya.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
pasti mengimani dan meyakini bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan benar,
sebagai pedoman beribadah dan pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini bahwa
segala yang dikatakan Allah dan RasulNya pasti benar dan baik.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya agama (yang ada) di
sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengatakan bahwa ayat tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu
wa Ta'ala bahwa tidak ada agama apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali
Islam. Sedangkan Islam ialah ittiba’ (mengikuti) rasul-rasul Allah yang
diutus untuk tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul terakhir
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah tertutup
kecuali melalui jalan Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Karenanya, siapa
yang menghadap Allah Subhannahu wa Ta'ala setelah diutusnya Nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan
syariat beliau, maka tidak akan diterima. Seperti halnya firman Allah pada ayat
yang lain:
“Barang siapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran:
85).
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.
Demikian pula pada ayat di atas Allah memberitahukan
tentang pembatasan agama yang diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata
lain, bahwa selain Islam adalah agama yang batil. Tidak akan membawa kebaikan
dunia dan tidak pula akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak
dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam hal
ibadah maupun mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang
Maha Mengetahui dengan cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat
maslahat hidupnya? Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui
tentang apa-apa yang diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal ini
semuanya. Dan kenyataan ini masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang
paling utama di antaranya adalah Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
“Hari ini telah Aku sempurnakan
untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah
ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari
Yordania yaitu Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu
Usulil Bida’ bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa syariat Islam
telah sempurna dan betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala
kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah, seperti
firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin, dan
manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at:
56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna,
kebenaran menyeluruh dan merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat
Allah yang luar biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam
rangka pengabdian dan peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan
tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi
petunjuk-petunjuk lain, kecuali Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang meliputi
segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas.
Yaitu kebahagiaan tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu
mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa
orang masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup,
tidak perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam.
Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh pemeluk agama lain
selain Islam. Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang menolak, seperti
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mereka
mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui kebenarannya,
lantaran kedzaliman dan kecongkakan.” (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung
ulang mengapa ia harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam
lingkungan kebenaran?. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa
ia diciptakan, diberi rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah
mengutus rasulNya ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka.
Artinya ia, hidup dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi
berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk
bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal
yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di
dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:
“Maka apakah
kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara main-main saja,
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha Tinggi Allah,
Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun:
115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak
dibiarkan bebas sia-sia, tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah
menghendaki aturan untuk manusia. Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan
paling tepat dan membawa maslahat buat manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia
dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang
diutusNya untuk kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan
manusia agar selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang
taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan
masa depan yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat
dan berfikiran normal.
Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى،
قَالُوْا: يَا َرُسْولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
“Tiap-tiap ummatku masuk Surga
kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau: “Siapa yang menolak ya
Rasululllah?” Beliau menjawab: “Siapa yang taat kepadaku ia akan masuk Surga
dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah menolak”. (HR.
Al-Bukhari).
Jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Konsep yang kedua: Seorang muslim harus memahami bahwa
Allah tidak ridla, jika dalam peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan
selainNya. Sekalipun Malaikat yang dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya,
sebagaimana firmanNya:
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah..” (Al-Jin: 18)
Konsep yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang taat
kepada Rasul Allah, dan bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi berikutnya
yang harus dipahami adalah prinsip Wala’ dan Bara’. Artinya loyalitasnya hanya
diberikan kepada Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia
tidak memberikan kecintaan dan kasih sayangnya kepada siapapun yang menentang
Allah dan RasulNya, sekalipun kerabat terdekatnya.
Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Itulah hakikat Islam yang dengan ucapan singkat berarti
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya; bersikap
patuh terhadapNya dengan cara menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan bersikap
membebaskan diri; mem-benci dan memusuhi kemusyrikan beserta para pendukungnya.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ
سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحَانَ
اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ
تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah
Berdasarkan keterangan dan uraian kami pada khutbah
pertama, maka ummat Islam hendaknya benar-benar mampu membuktikan bahwa syari’at
Islam yang akan menghantarkan pemeluknya menuju sukses hidup di dunia dan di
akhirat, Sedangkan agama lain selain Islam jelas batil dan tidak bermanfaat.
Sebagai bukti seorang telah mempercayai Islam sebagai
agama yang benar, maka ia harus mengikuti dan taat kepada Rasul Nya, bertauhid
kepada Allah dan hanya memberikan loyalitasnya kepada Allah, RasulNya, dan kaum
Muslimin, serta memberikan permusuhan kepada musuh-musuh Allah dan RasulNya.
Sedangkan jalan ke sana sekarang harus ditempuh dengan tashfiyah
(pemurnian) dan tarbiyah (pendidikan), sebab ajaran Islam telah banyak
disusupi ajaran-ajaran asing, yang dianggap merupakan bagian dari ajaran-ajaran
Islam.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar