Mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan penimba ilmu
pengetahuan (pelajar, student), dengan berbagai bekal pengalaman empiris dan
kemampuannya mendayagunakan kognitifme berpikir-baca rasionalitas- maka
mahasiswa dipandang mempunyai kelebihan dan kedewasaan dalam bersikap maupun
bertindak disetiap persoalan. Hal inilah yang menurut penulis sebagai modal
mahasiswa menunjukkan identitas dan eksistensinya dengan berbagai model gerak
dan kiprah dimasyarakat maupun bangsa dan Negara. Padahal tidak ada aturan yang
yang membedakan antara mahasiswa dan pelajar dalam gerak maupun kiprahnya dalam
masyarakat secara aktif semisal advokasi, demo dan sebagainya.
Perwujudan
eksistensi inilah yang menimbulkan berbagai macam bentuk peran yang dilakukan
oleh mahasiswa yang tentu saja peran itu sesuai dengan kapasitas pikiran
mereka. Tak dapat kita pungkiri berbagai macam organisasi yang ada ditingkat
mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus merupakan salah satu dampak dari
polarisasi pikiran mereka. Almarhum Bapak Mohammad Natsir (mantan Perdana
Menteri Indonesia)
pernah mengatakan,” Tidak ada percetakan yang bisa mencetak pemimpin”. Menurut
Natsir lagi, pemimpin tidak lahir di bilik kuliah tetapi tumbuh sendiri dalam
hempas pulas di kancah gelandangan ummah, muncul di tengah-tengah pergumulan
masalah, menonjol dari kalangan rekan-rekan seangkatannya, lalu diterima dan
didukung oleh umat. Justeru itu,kertas kerja ini akan
memperlihatkan bagaimana kepimpinan mahasiswa di kampus harus diperkasakan
dalam melahirkan golongan intelektual yang akan menjadi harapan ummah pada masa
akan datang. Tambahan pula, kebanyakan mahasiswa tidak mampu mendepani ledakan
arus globalisasi yang kian menghimpit struktur masyarakat kini. Harus diingat,
gerakan mahasiswa merupakan suatu kuasa yang harus diambil perhatian kerana ia
mempunyai sejarah yang tersendiri. Maka tidak hairanlah pemimpin dari peringkat
Negara sehinggalah di peringkat masyarakat lahir daripada mantan pimpinan
kampus di era 70an dulu.
Sejarah
banyak mencatat tokoh-tokoh besar lahir dari gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh mahasiswa dalam pergulatan politik yang ada. Pergerakan Mahasisawa Islam Indonesia lahir pada tanggal 17 april 1960
dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa
turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia pada waktu itu.
Keberadaan PMII dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa
dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan PMII menjadi salah satu
kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest
group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Pada sisi lain, tak bisa
dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa mengalami polarisasi dalam entitas dan
kelompok-kelompok tertentu yang berbeda, bahkan acapkali bertentangan satu sama
lain. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang melingkupinya, seperti
perbedaan ideologi, strategi dan lainnya.
PMII sebagai salah satu orgainisasi mahasiswa yang masih eksis dalam
kancah pergerakan mahasiswa di Indonesia
diharapkan mampu untuk membawa perubahan-peruabahan bagi kamajuan Indonesia akan tetapi banyak hal-hal kedepan
yang menjadi tantangan PMII untuk memujudkan cita-citanya membawa Indonesia
kearah lebih baik.
Globalisasi
:
Eksistensi dan posisi gerakan mahasiswa dihadapkan pada sebuah realitas
dunia global yang tidak bisa dihindarkan. Arus globalisasi telah menyentuh
berbagai sendi kehidupan manusia di dunia. Cepatnya arus globalisasi menurut
William K.Tabb (2003) mampu membentuk rezim perdagangan dan keuangan dunia
serta mendefinisikan ulang kesadaran pada tingkat yang paling dekat dan lokal,
mempengaruhi bagaimana orang memandang dirinya, ruang gerak anak-anak mereka
dan entitas mereka sehingga mengalami perubahan akibat kekuatan globalisasi
ini. Persoalannya adalah bagaimana sikap kader Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) terhadap realitas global ini. Apakah gerakan mahasiswa
menolaknya secara radikal atau hanya cukup memahaminya atau mempersiapkan diri
untuk ikut berkompetisi dan memposisikan diri sejajar dengan mereka secara
wajar ?.
Gesekan dunia global menjadi tren dalam kondisi saat ini, karenanya
seluruh kader PMII perlu memahami secara benar tentang realitas-realitas dunia
yang sedang mengalami pergolakan dalam berbagai unsur kehidupan. Melihat trend
(Trend Watching) yang terjadi dalam pergeseran dunia global adalah kerangka
dalam memahami apa yang sedang terjadi hari ini, dan apa yang akan kita lakukan
di masa-masa yang akan datang. Tren yang terjadi hari ini adalah dominasi
kekuatan global yang tidak bisa dihindarkan dalam ranah kesadaran ummat
manusia. Dalam kondisi seperti ini, langkah yang harus dilakukan adalah
pembangunan kemampuan dan kapabilitas (kompetensi) personal maupun kolektif.
Globalisasi memang tidak bisa dipungkiri lagi dan ditahan perkembangannya
namun sebagai sebuah etkana mahasiswa pmii harus bisa untuk mengcounter agar
tidak terbawa arus atau kita akan ditinggalkan olah jaman, untuk itu ada
beberapa langkah agar kita sebagai sebuah pergerakan tidak mati
Dari
Membaca ke analisis :
Seperti
tersebut diatas bahwa mahasiswa merupakan struktur tertinggi dalam bagan ilmu
pengetahuan maka PMII sebagai salah satu gerakan yang unsurnya tidak lepas dari
dunia kemahasiswaan yang setiap hari berkutat dengan keilmuan, ironis jika
gerakan mahasiswa terjadi banyak kejumudan. Karenanya tradisi-tradisi yang ada
diantaranya tradisi membaca harus di imbangi dengan tradisi menganalisa
berbagai aspek persoalan dengan berpikir logis dan mendalam. Tipe masyarakat
inilah yang menjadi miniatur lahirnya peradaban manusia maju dan menyejarah.
Maju karena masyarakat ini menempatkan ilmu sebagai sinar dalam kehidupan.
Menyejarah, karena mereka membuat sebuah kejutan bagi lahirnya paradigma baru
bagi terciptanya masyarakat yang ilmiah (knowledge society).
Realitas ini sesuai dengan wahyu yang pertama kali diturunkan kepada nabi
Muhammad saw, yaitu konsep membaca (iqra). Dengan turunnya wahyu yang pertama
ini, maka ada sebuah perubahan berdimensi wahyu yang mampu memberikan jawaban
atas kondisi kemanusiaan. Konsep pembacaan atas realitas baik yang bersangkutan
dengan teologi, etika, visi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan berawal dari
proses pemahaman yang radikal akan hakikat dan subtansi nilai yang terkandung
dalam surat
tersebut.
Dimensi pembangunan gerakan mahasiswa agar ilmiah di awali dengan konsep
membaca (iqra), sesuatu yang berhubungan bukan hanya dengan membaca teks dan
naskah tetapi lebih dari itu, makna iqra bisa berarti menelaah, meriset,
merenungkan, bereksperimen, berkontemplasi. Objeknya bisa berupa kalam illahi
maupun hadist rosullah dan hasil kaya manusia baik berupa handbook ilmu
pengetahuan dan budaya maupun fenomene-fenomena sosial politik.
Pemahaman
Kontekstual
Ilmu pengetahuan yang didapat dari dunia kampus merupakan pemahaman-pemahaman
materi yang bersifat tekstual karena itu diperlukannya sebuah penelaahaan dan
penyeimbangan terhadap pemahaman realitas sosial yang terjadi dimasyarakat.
PMII seyogyanya tidak hanya berkubang dalam masalah pemahaman terhadap
teks-teks saja akan tetapi harus jeli melihat perubahan dunia dari pemahaman
teks –teks tersebut oleh karena itu pemahaman teks yang tersebar dalam berbagai
literature harus bisa menjadi penyeimbang terhadap kondisi perubahan jaman.
Disamping itu juga paradigm kader PMII harus bertumpu pada keseimbangan
ideologis ilmu pengetahuan dengan ketajaman pisau analisis terhadap realitas
persoalan-persoalan yang terjadi. PMII harus mampu membaca, mengkaji, dan
berdiskusi secara logis, kritis, sistematis, dan komprehensif, serta mampu
membedah persoalan dari berbagai aspek dan sudut pandang ilmu dan madzhab yang
bersifat konstruktif. Hal ini harus menjadi kultur yang melekat disetiap
kader-kader PMII. Dalam konteks kekinian kader PMII harus bisa bergaul dalam
dimensi yang lebih luas agar kedepan kader PMII bisa menjawab dan memberikan
solusi terhadap persoalan yang ada jika itu tidak bisa maka tidak dipungkiri
PMII akan ditinggalkan oleh jaman yang sedang berubah untuk itu setiap kader
harus mempunyai kompetensi-kompetansi yaitu 1) kemampuan berbahasa asing (2)
kemampuan berorganisasi dan manajemen yang canggih (3) kemampuan membangun
jaringan (net work).
Langkah-langkah
rasional selanjutnya dalam menghadapi tatanan dunia global bagi kader PMII
dalam dunia kampus adalah membangun kesadaran bersamadengan meningkatkan
kompetensi dan skil dalam memposisikan diri supaya sejajar dengan bangsa-bangsa
Barat dalam bidang ilmu Pegetahuan. Karenanya budaya dan tradisi yang selama
ini dilakukan di kampus untuk digeser kearah perubahan paradigma yang lebih
rasional. Perubahan paradigma tersebut meliputi perubahan sikap dalam memahami
budaya dan tradisi yang ada.
Tidaklah kaku
jika mahasiswa membangun dialog peradaban (civilization) di kampus, minimal ada
dua paradigma visi dialog pembangunan masyarakat berperadaban. Pertama,
perubahan eksistensi dan identitas diri, yang mampu melahirkan paradigma
kehidupan sosial baru dan merdeka, bebas dari penghambaan terhadap unsur-unsur
materi, melahirkan kehidupan segar, integral dan profetik. Era kehidupan yang
syarat dengan nilai kemanusiaan dan bervisi masa depan. Tonggak fundamental
pertama ini merupakan visi kehidupan ummat manusia kearah pembebasan diri, dari
kungkungan materi yang menjadi ideologinya.Visi kehidupan ini mengarahkan
manusia pada ideologi yang sesungguhnya dan menjadi benteng kekuatan para
pewaris peradaban. Ini merupakan asas fundamental bagi terwujudnya masyarakat
berperadaban. Proses ideologisasi kedalam tubuh masyarakat secara radikal harus
dilakukan. Proses ini perlahan tapi pasti, proses inilah yang disebut dengan
fase penanaman akidah. Kedua, yaitu pola pembangunan struktur pengetahuan ummat
manusia yang secara bersamaan dilakukan dalam kerangka membangun kesadaran
untuk membaca atas realitas yang sedang terjadi
Semoga tantangan global dalam perubahan jaman tidak membuat nalar kritis
kita sebagai organ pergerakan terkebiri dan terjebak dalam hal-hal yang membuat
idelisme kita tergadaikan dalam tataran pragmatisme.
Wallahulmuwafiq ilaa aqwamith thoriq
Wassalamu’alaikum…
Wassalamu’alaikum…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar